HUBUNGAN GAYA BELAJAR MODEL VARK DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS XDI SMA NEGERI 1 PANTAI CERMIN
DOI:
https://doi.org/10.23969/jp.v10i03.32754Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan gaya belajar model VARK (Visual, Auditori, Reading, dan Kinestetik) dengan aktivitas belajar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Pantai Cermin. Latar belakang penelitian ini didasarkan pada pentingnya aktivitas belajar sebagai salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, di mana perbedaan gaya belajar sering kali menjadi faktor yang memengaruhi keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan populasi 240 siswa dan sampel 40 siswa yang dipilih melalui teknik random sampling. Instrumen penelitian berupa angket gaya belajar sebanyak 20 butir pernyataan serta angket observasi aktivitas belajar siswa sebanyak 30 butir pernyataan. Data dianalisis menggunakan persentase indikator angket dan uji korelasi Pearson Product Moment pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya belajar visual memiliki koefisien korelasi r = -0,959 (p < 0,001), auditori r = -0,861 (p < 0,001), reading r = -0,767 (p < 0,001), dan kinestetik r = -0,911 (p < 0,001). Seluruh hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat, negatif, dan signifikan antara gaya belajar dengan aktivitas belajar siswa. Temuan ini mengindikasikan bahwa dominasi satu jenis gaya belajar cenderung menurunkan aktivitas belajar, sehingga siswa perlu lebih fleksibel dalam mengombinasikan berbagai gaya belajar. Penelitian ini menegaskan pentingnya peran guru dalam merancang strategi pembelajaran yang variatif sesuai dengan karakteristik belajar siswa agar aktivitas belajar dapat meningkat secara optimal.Downloads
References
Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian Prasetya (2022)
yang menemukan bahwa mayoritas
siswa SMA cenderung memiliki gaya
belajar visual (48%), sehingga guru
perlu menyesuaikan media
pembelajaran agar lebih visual.
Namun, berbeda dengan temuan Putri
(2021) yang menunjukkan adanya
variasi dominasi gaya belajar di
berbagai wilayah, penelitian ini
menekankan bahwa dominasi satu
gaya belajar saja tidak cukup
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Ayuningtyas (2021) juga menyatakan
bahwa meskipun mayoritas siswa
memiliki gaya belajar visual, hasil
belajar tetap rendah jika tidak
didukung oleh metode pengajaran
yang sesuai. Hal ini memperkuat hasil
penelitian bahwa gaya belajar bukan
satu-satunya faktor penentu aktivitas
belajar, melainkan bagaimana gaya
belajar tersebut dipadukan dengan
strategi pembelajaran yang tepat.
Selain itu, penelitian Afelia
(2023) menemukan bahwa siswa
kelas X cenderung memiliki gaya
belajar campuran (visual-auditori
sebesar 64%), yang membuat mereka
lebih mudah memahami materi
melalui kombinasi media visual dan
suara. Temuan ini konsisten dengan
hasil penelitian di SMA Negeri 1
Pantai Cermin, di mana fleksibilitas
dalam menggunakan berbagai gaya
belajar terbukti lebih mendukung
aktivitas belajar dibandingkan
dominasi pada satu gaya belajar
tunggal.
Implikasi dari hasil penelitian ini
adalah perlunya guru untuk
merancang strategi pembelajaran
yang variatif, adaptif, dan berpusat
pada siswa. Guru tidak dapat hanya
mengandalkan satu metode
pengajaran, misalnya ceramah untuk
siswa auditori atau gambar untuk
siswa visual, karena setiap kelas
terdiri dari siswa dengan gaya belajar
yang beragam. Dengan
menggunakan pendekatan
pembelajaran diferensiasi, guru dapat
mengakomodasi kebutuhan siswa
berdasarkan gaya belajar mereka.
Misalnya, penyajian materi melalui
teks, penjelasan verbal, diskusi
kelompok, penggunaan media visual,
dan praktik langsung dapat
dikombinasikan dalam satu kegiatan
pembelajaran.
Secara keseluruhan, penelitian
ini menegaskan pentingnya
pemahaman terhadap gaya belajar
siswa bagi guru dan sekolah.
Pemahaman ini tidak hanya
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.